Secangkir kopi panas hari ini tidak berhasil menenangkan pikiranku
Gelas keramiknya jadi dingin, dan bersemut
Segelas kopi itu seakan tau betapa aku sedang berusaha
Berusaha mengembalikan remah semangatku jadi satu kembali, jadi aku bisa menikmati isi gelas itu
Remahnya begitu sulit aku satukan lagi, semakin aku genggam semakin taidak mau menyatu
Entah, hatiku begitu tidak enak ledakan kekecewaan tidak bisa aku keluarkan
Aku jadi begitu marah pada diriku sendiri, mengapa megumpulkan remah saja aku tidak mampu?
Mengapa orang lain terlihat begitu mudah menyatukan semangat mereka kembali
Berkaca pada diriku aku melihat sosok yang sedang mundur sejuta langkah, tanpa arah
Jika aku jadi dua, mungkin badanku yang lain akan menampar aku begitu keras hingga lebam
Sampai aku sadar siapa aku dan apa yang harus aku lakukan
Tuhan, semoga aku menemukan jalan buntu untuk mundur lagi
Gelas keramiknya jadi dingin, dan bersemut
Segelas kopi itu seakan tau betapa aku sedang berusaha
Berusaha mengembalikan remah semangatku jadi satu kembali, jadi aku bisa menikmati isi gelas itu
Remahnya begitu sulit aku satukan lagi, semakin aku genggam semakin taidak mau menyatu
Entah, hatiku begitu tidak enak ledakan kekecewaan tidak bisa aku keluarkan
Aku jadi begitu marah pada diriku sendiri, mengapa megumpulkan remah saja aku tidak mampu?
Mengapa orang lain terlihat begitu mudah menyatukan semangat mereka kembali
Berkaca pada diriku aku melihat sosok yang sedang mundur sejuta langkah, tanpa arah
Jika aku jadi dua, mungkin badanku yang lain akan menampar aku begitu keras hingga lebam
Sampai aku sadar siapa aku dan apa yang harus aku lakukan
Tuhan, semoga aku menemukan jalan buntu untuk mundur lagi
Comments
Post a Comment